Maafkanlah Kesalahan Pasangan Hidupmu

Dalam menjalani rumah tangga tentu tidak akan pernah bisa terhindar dari konflik. Bahkan, konflik sudah menjadi sebuah keniscayaan dalam kehidupan berumah tangga. Konflik terjadi karena banyak hal, salah satu diantaranya adalah adanya perbedaan pandangan antara suami dan istri dalam menafsirkan atau menyikapi sesuatu.

Konflik juga bisa terjadi karena pasangan tidak dapat memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh pasangannya.

Namun paada kadar tertentu, konflik bisa jadi bumbu dalam kehidupan berumah tangga. Satu sama lain pasangan dapat lebih memahami pasangannya dari adanya konflik. Namun pada kadar tertentu juga, konflik yang bertumpuk tanpa penyelesaian dari kedua belah pihak yang bertikai, justru akan mengancam kehidupan dalam rumah tangga.

Hal apa yang dapat dilakukan pasangan agar konflik dapat menjadi media untuk lebih saling mengenalkan dan memahami pasangan?

Dan bukan malah menjadi sesuatu yang justru mengancam kehidupan rumah tangga?

Sepasang suami istri yang sedang dilanda perseteruan, pastilah karena adanya perbedaan pandangan. Dan salah satu jalan teraman untuk meredakan pertikaian tersebut adalah dengan memaafkan kesalahan pasangan.

Mengenai anjuran untuk saling memaafkan Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(QS. An-Nur: 22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran  Al-Quran yang mulia akan merasa sulit memaafkan kesalahan orang lain. Sebab mereka mudah marah terhadap kesalahan apapun yang diperbuat oleh orang lain. Padahal Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

"Dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(QS. At-Taghabun: 14)

Juga dinyatakan dalam Al-Quran bahwa pemaaf adalah sifat yang mulia dan terpuji:

"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia."

(QS. Asy-Syura: 43)

Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan penyayang serta berlapang dada, sebagaimana dinyatakan didalam Al-Quran:

"Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

(QS. Ali Imran: 134)

Dalam beberapa kasus, perceraian terjadi karena pasangan tidak dapat memaafkan pasangannya. Padahal dalam diri setiap orang, ada hal-hal yang dapat dirubah. Untuk hal-hal yang tidak dapat dirubah itulah, pasangan akan lebih damai bila bisa dapat memaafkan pasangannya tersebut.

Ibarat api, bila ada letupan panas tidak segera di dinginkan, maka akan menjadi besar dan berbahaya. Oleh karena itu, bila ada persoalan yang muncul maka harus segera diselesaikan, jangan tunggu sampai masalah itu membesar. Bila ternyata pasangan kita sudah mengakui kesalahannya, maafkan dan jangan pernah mengungkit persoalan itu lagi.

Untuk memaafkan seseorang, memang butuh kebesaran hati. Maaf yang sesungguhnya adalah menerima bahwa tidak ada seorang yang sempurna, memaafkan dengan tulus, akan jauh lebih baik dari pada memaafkan bersyarat.

Semakin seseorang terbuka untuk memaafkan, semakin orang tersebut akan merasa lebih leluasa dan rileks dalam menjalani hubungan. Betapa tidak, orang yang sulit memaafkan adalah orang yang nantinya akan terus menggerutu. Padahal menggerutu merupakan bagian dari penyakit hati yang berbahaya bila terus dibiarkan berlarut-larut.

Jadi, dari pada capek memikirkan pasangan yang tidak mau berubah, maka maafkan lah pasangan kita. Siapa tahu dengan maaf yang tulus akan menjadi jalan bagi dia untuk dapat mengubah sifat ataupun sikapnya yang mungkin dia sendiri ingin mengubahya.

Sumber: Nikmatnya Bulan Madu Dalam Pernikahan.