Teror Paris Bongkar Kebohongan Barat


Merespon serangan tersebut, Facebook meluncurkan fitur bernama "safety check" yang memungkinkan penggunanya untuk mengabarkan kondisi mereka kepada keluarga dan teman. Penggunanya juga dapat mengganti foto profil mereka dengan menambahkan bendera Perancis sebagai bentuk solidaritas. Ungkapan "nous sommes français" (kami Perancis) juga menggema di berbagai platform medsos, dan diliput selama 24 jam penuh oleh media.

Melihat bagaimana respon dunia terhadap tragedi di Paris, netizen Lebanon bertanya-tanya kenapa serangan di wilayah mereka tidak diliput semasif itu.

"Tidak ada 'safety check' atau pidato (Barack) Obama atas tragedi #Beirut kemarin," kata seorang pengguna di Twitter. "Sedih tapi nyata."

Pada Kamis (12/11/2015), atau sehari sebelum kejadian di Paris, terjadi ledakan kembar di Beirut, Lebanon, yang menewaskan 43 jiwa dan melukai lebih dari 500 orang lainnya.

Tidak ada selebriti maupun pemimpin dunia yang menyampaikan duka cita, tidak ada media Barat yang meliputnya selama 24 jam penuh.

Sepanjang tahun 2015, ribuan peristiwa teror terjadi di negeri-negeri Muslim—Palestina, Suriah, Irak, Pakistan, Nigeria, Mesir, Yaman, Kamerun, Somalia, Afghanistan, Turki, Rohingya. Tapi, hanya ketika Paris diserang Presiden Obama mengatakan dalam pernyataannya, "Ini bukan hanya serangan terhadap Paris... Ini adalah serangan terhadap kemanusiaan."

Pasca serangan terhadap Charlie Hebdo, lebih dari 40 kepala negara dan, menurut klaim pejabat, sekitar 1,2 hingga 1,6 juta orang ikut andil dalam aksi untuk menghormati ke-17 korban, yang notabene merupakan penghina Nabi. Hal yang sama diperkirakan akan terjadi pasca serangan pada Jumat lalu.

Muncul pertanyaan, apakah nyawa seseorang itu lebih berharga dibanding nyawa orang lain, atau lebih jelasnya, apakah nyawa orang Eropa lebih berharga dibanding orang Suriah? Palestina? Lebanon? atau 43 mahasiswa yang hilang di Meksiko setahun lalu?

Perancis mengalami apa yang selama ini terjadi di Suriah, Palestina, Irak dan Yaman setiap hari selama beberapa tahun terakhir. Sudah lebih dari 700 ribu warga Timur Tengah dan Afrika menjadi pengungsi dan memohon suaka kepada negara-negara Eropa. (Sumber: Rimanews)