Jagalah Jarak WahaiMuslimah, Mereka Bukan Suamimu!! Bag 3


~Awal Juni 2012~
Konsentrasiku pecah, apa2 yang aku lakukan serba salah. Sampai2 aku keliru menaruh tumisan kangkung yang baru ku masak ke dalam kulkas. Ummi memandangku aneh sambil tertawa, aku coba tertawa geli agar beliau tidak curiga, syukurlah berhasil.

Beberapa hari ini aku terus menelepon Kang Diman tapi tidak diangkat, smsku pun tidak dibalas. Kegelisahanku memuncak saat aku sms Mba Aninda dan diapun tidak membalas. Yaa Allah, semoga sms2ku pada Kang Diman tidak dibaca Mba Aninda. Aku menerka2 apa yang terjadi.


~Pertengahan Juni 2012~
#Kang Diman : “Assalamu’alaikum. Ri maaf aku baru menghubungimu. Hampir 2 minggu ini aku istikhoroh supaya tidak salah ambil keputusan. Bismillah.. dengan ketetapan hati yang benar2 mantap, aku minta maaf sedalam2nya karena mungkin ini sangat menyakitkan bagimu. Aku tidak bisa menikahimu. Pertimbangannya aku tidak punya kecenderungan padamu, aku juga baru belajar menjadi seorang suami, menjadi Qowwam bagi Istriku, berproses membentuk keluarga samara dan semua itu tidak mudah. Aku belum siap membina 2 rumahtangga sekaligus dengan keterbatasan ilmuku saat ini.  Sekali lagi aku sungguh2 minta maaf atas semua khilafku Ri, tolong hargai keputusanku dan jangan lagi mengusik ketenangan rumahtanggaku dengan menghubungiku lagi. Mungkin suatu hari kalaupun aku siap berpoligami, aku akan sangat terbuka pada istriku dan melakukannya dengan cara yang syar'i. Mbak Aninda tidak sengaja membaca smsmu kemarin dulu, jadi ku ceritakan semuanya padanya. Aku melarang dia membalas sms mu, tapi setelah ini aku akan membiarkan kalian tetap berhubungan, aku harap hubungan kalian sama seperti sebelumnya. Istriku sangat pemaaf, kamu tidak perlu segan. Wassalamu’alaikum."

Derai air mataku tambah deras hingga akhir kalimat. Aku harus tegar menerima kenyataan pedih ini. Perasaan sangat malu melingkupi, Mbak Aninda sudah tahu semuanya. Ah, harusnya aku berterus terang dari awal padanya. Mungkin semua tidak akan berakhir seperti ini kalau saja yang aku dekati adalah Mbak Aninda, bukan Kang Diman langsung. Sesal….. Aku segera beristighfar. Aku harus ikhlas.

Telepon berbunyi, no Mbak Aninda muncul di layar hp. Jantungku berdegup kencang. Terdengar suara lembut menyapaku hangat saat ku angkat.
Aninda : "Assalamu'alaikum. Ri, apa kabar nih?"
Aku      : "Mbak Anin, alhamdulillah baik Mbak... Mbak maafin aku, aku sudah menyakiti Mbak dan mengganggu ketenangan rumahtangga Mbak dengan Kang Diman. Aku malu sekali..."
Aninda : "Sssst sudah Ri, berhentilah memojokan diri sendiri, smua sudah terjadi, dan semoga bisa kita ambil ibrahnya. Aku tidak apa2. Kehidupan rumahtanggaku pun tidak terlalu terguncang. Hanya butuh waktu untuk menetralisir kondisi ini. Tapi insya Allah kami bisa melewatinya."
....................................
....................................

Mbak Aninda, Mbakku sayang, terimakasih…….



~Wahai Muslimah (wahai para Ikhwan) rahimakumullah, jagalah jarak. Mereka bukanlah Suamimu (Istrimu) !~

Fenomena ikhwan dan akhwat yang dengan santainya berkomunikasi, kadang diselipi canda dan tawa di blog, fb, twitter, chat, email, sms maupun  webcam dan telepon , baik yang kenal via dumay maupun dunia nyata sudah menjamur. Yang parah justru sebagian terjerumus ke dalam pergaulan yang sudah melanggar Syara'. Tujuan awal mencari ilmu  terbelokkan karena dibumbui perasaan yang timbul karena komunikasi yang intens diantara mereka. Kebiasaan menjadi kebutuhan.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah). dan “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).

Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal mudah karena fitrah laki-laki tertarik pada wanita dan sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan memahami peraturan pergaulan dalam Islam yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini. Ketika harus benar2 berkomunikasi,  fokus dengan apa yang harus diselesaikan, dan bila diperlukan sebaiknya  melibatkan pihak lain sebagai saksi agar mencegah hal2 yang melanggar Syara.


Bagaimana dengan Ikhwan Akhwat yang sudah terlanjur dekat dan akrab  bahkan sampai melanggar Syara baik disadari maupun tidak? Bagi yang terlanjur mempunyai “hubungan kedekatan”, tidak perlu ragu, segera putuskan komunikasi tidak sehat. Introspeksi diri, tegas dan tidak perlu takut kehilangan apapun.

Islam melarang dan mencegah kaum Muslimin melakukan hal-hal yang dapat mendekati zina. Islam  mengatur hubungan antara lawan jenis. Islam juga menetapkan sifat ‘iffah (menjaga kehormatan) sebagai suatu kewajiban. Islam melarang segala sesuatu yang dapat mendorong terjadinya hubungan yang bersifat seksual yang tidak disyariahkan. Maka dibutuhkan kesadaran antara laki2 dan wanita untuk bersama-sama saling menjaga pergaulan agar tidak terjerumus ke dalam kategori yang mendekati zina.

“Wahai para Muslimah, jagalah jarak dengan para ikhwan. Sampai sejauh mana antuna mampu menahan diri dan menjaga kehormatan ketika komunikasi yang  terjalin semakin sering dan menimbulkan sensasi yang hanya boleh dirasakan dalam mahligai pernikahan nan suci? Berhati2 sekalipun belum tentu dapat mencegah tidak terjadi "sesuatu" nantinya. Daripada beresiko fatal, jauhi syubhat, insya Allah selamat dunia Akhirat.”

“Wahai para Ikhwan, janganlah beri harapan pada para Muslimah. Tidakkah kalian tahu bahwa wanita sangat lemah dan rapuh ketika kalian menggoda, bahkan mampu meluluhkan iman? Tidakkah kalian mencintai saudari2 kalian ini karena Allah? Perhatian yang kalian berikan hanya membuat bunga2 dakwah itu berguguran tak berharga. Sungguh fatal, padahal tujuan kita melanjutkan kehidupan Islam bertambah berat setiap detiknya. Sudahlah konspirasi keji dimana2 menyudutkan Islam, kalian justru membantu mereka dengan menjauhkan para Muslimah dari perjuangan ini.”


Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad)

Selesai....

Baca: Jagalah Jarak WahaiMuslimah, Mereka Bukan Suamimu!! Bag1

Akhwat Muslimah


Silakan Copy Artikel yang ada di sini, tapi cantumkan sumbernya http://akhwatmuslimahindonesia.blogspot.com/