Ketika Donat Mungil Bikin Geger Gara-Gara Tak Mau Ucapkan Selamat Natal


Adalah Tyok Aditya Setyo, netizen yang pada hari Minggu (20/12) kemarin di wall facebooknya mengunggah capture ‘percakapan’ dia dengan DONAT MUNGIL MALANG.

Tyok Aditya Setyo memesan donat dan meminta dikasih tulisan “Merry Xmas”. Sebaliknya pihak DONAT MUNGIL MALANG tidak bisa memenuhi permintaannya “Mohon maaf. Kami tdk bs melayani ucapan natal ^^”. Atas kejadian itu Tyok Aditya Setyo kemudian mengcapture dan mempostingnya di wall fbnya dengan tulisan:

“Hahaha..gak abis pikir dg “prinsip iman” dari penjual donat mungil ini.. Okelah kl emang gak ngucapin met natal, tp ini cuma tulisan mbak.. Ayolah, konteksnya ini sampean penjual dan saya pembeli..gak lebih. Aq yakin banyak yg kecewa kalo sampean masih mempertahankan keyakinan bahwa “kalo mengucapkan selamat natal ke orang kristen, saya jadi kafir..” Hahaha ngono ae terus sampe riyoyo.. #kandhaniOg” ”

Menyesakkan. Itulah kata yang sepertinya tepat, untuk menyampaikan rasa yang muncul setelah membaca posting tersebut, belum lagi hujan cacian dan bully kepada pedagang Donat malang ini. Bayangkan pedagang kecil seperti inipun harus menerima arogansi dari kelompok minoritas.

Soal Iman adalah keyakinan pribadi yang tidak bisa di ganggu gugat, atas dasar apa calon pembeli memaksakan penjual memproduksi barang atau jasa yang bertentangan dengan keyakinannya. Kasus ini adalah perilaku intoleransi berat, namun tentunya media media mainstream akan diam saja jika korbannya Muslim dan pura pura buta jika yang jadi tokoh antagonisnya non-muslim.

Mungkin tyok aditya setyo perlu belajar sedikit menghayal, bagaimana jika ia berprofesi sebagai tukang pintu hotel yang harus mengucap syahadat ketika bertemu dengan tamu Muslim, ” Selamat datang pak, saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, silahkan masuk hotel kami.”

Dan ketika ia menolak untuk mengucapkan syahadat tersebut, para tamu mengatakan ” “Hahaha..gak abis pikir dg “prinsip iman” dari penyambut tamu hotel ini.. Okelah kl emang gak ngucapin syahadat, tp ini cuma sambutan mas.. Ayolah, konteksnya ini sampean penjual jasa dan saya pembeli jasa..gak lebih. Aq yakin banyak yg kecewa kalo sampean masih mempertahankan keyakinan bahwa “kalo mengucapkan selamat syahadat, anda jadi masuk Islam..” Hahaha ngono ae terus sampe riyoyo.. .

Bagaimana jika hal ini betulan terjadi ketika non Muslim menjadi korban, saya yakin sontak semua media akan memberitakan kasus Intoleransi dan isuenya akan digoreng selama seminggu sambil  mengalihkan kasus freeport. Kemudian kejadian bentrokan FPI di monas thn 2008 akan diulang-ulang di katro tv sebagai ilustrasi, lalu kemudian arab dan Islam dipojokkan.” Ini bukan negara Taliban !” kata seorang tokoh LSM liberal yang sering mendapat uang dari paman Sam.

Baik kita berhenti menghayal dan kembali sejenak melihat ke lokasi, lihatlah bahwa penjual donat ini dibully karena menggunakan facebook sebagai media promosinya, seorang salibis intoleran lainnya mengatakan jangan pakai facebook karena ini produk tafir (Plesetan kafir-red). Rupaya si minoritas arogan lupa kalau Facebook dalam pemprogramannya juga menggunakan Al-Jabar yang ditemukan orang Muslim, bagaimana jika Muslim mengambil royalti atas penggunaan Al-Jabar untuk setiap teknologi dan perhitungan yang menggunakan Al-Jabar, bisa kacau dunia persilatan hehe.

Untuk para minoritas yang selalu bermain playing victim saat tempat ibadah ilegal mereka digusur, ada baiknya buka mata lebar-lebar kalau perlu ambil kacamata di atas lemari mewah anda sambil menarik nafas dalam, kuatkan dalam hati bahwa anda harus terima kenyataan ini.

Kalau bicara mayoritas Muslim melakukan intoleransi sebetulnya kita bisa bicara data, data-data di media menunjukkan, bahwa di Inggris umat Islam berjumlah sekitar 2,8 juta jiwa dan memiliki masjid sekitar 1.400 atau 1: 2.000, di Amerika Serikat umat Islam berjumlah sekitar 6,2 juta jiwa dan memiliki masjid sekitar 2100 atau 1:2.952, sedangkan di Jerman umat Islam berjumlah 4,300,000 dan memiliki masjid sekitar 159 atau 1: 27.044. Meski AS sangat mendukung kebebasan beragama, dalam kenyataannya, pendirian rumah ibadah bagi kelompok minoritas tidak lebih mudah daripada di Indonesia.

Laporan The Pew Research Center pada 27 September 2012 lalu menyebutkan secara rinci 53 lokasi yang diusulkan pendirian masjid tetapi belum memperoleh izin karena mendapatkan resistensi dari warga masyarakat. Bahkan website The American Muslim pada 12 Oktober 2012 menyebutkan jumlah yang jauh melebihi 53 masjid, termasuk yang diganggu atau diserang.

Pendirian masjid di negara-negara Eropa Selatan dan Eropa Timur umumnya juga mengalami kesulitan. Di Italia, misalnya, jumlah umat Islam mencapai 1,3 juta jiwa, tetapi sampai kini hanya diperbolehkan berdiri 3 buah masjid (atau 1:433.333), dan inipun bertempat di pinggir kota yang jauh dari pemukiman penduduk. Di negara ini agama Islam belum bisa diakui resmi sebagai sebuah agama, walaupun proposal untuk pengakuan ini sudah lama diajukan. Bahkan sampai kini masih ada sejumlah negera Eropa yang tidak memperbolehkan sama sekali pendirian masjid, seperti Slovakia dan Slovenia.

Sementara di Yunani dan Denmark, usulan pendirian masjid sudah lama diajukan, tetapi baru disetujui oleh pemerintah dan parlemen pada 2012, walaupun kini masih ditolak oleh kalangan gereja.

Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki seorang pedagang donat Muslim yang dibully oleh minoritas karena menolak membuat produk yang bertentangan dengan keyakinan-nya. Mungkin saatnya bertanya, siapa yang sebetulnya Intoleran, Kaca mana Kaca, 😀



*Penulis adalah Pria Tampan yang Meresahkan

Sumber: antiliberalnews.com