Taman Alun-Alun Bandung Kini Mulai Bau Kaki dan Kumuh


Sejak diresmikan bertepatan dengan malam pergantian tahun baru 2015, kawasan Alun-alun Bandung memang tidak pernah surut pengunjung.

Ribuan orang datang setiap hari untuk sekedar berfoto dan bersantai menikmati ruang terbuka di jantung kota, di tengah kepungan gedung pertokoan dan perkantoran.

Di tangan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, wajah pusat kota memang berubah drastis.

Kawasan Alun-alun yang dulu kumuh disesaki Pedagang Kaki Lima (PKL), kini berbuah menjadi ruang publik yang sangat menarik.

Namun, keindahan itu perlahan pudar. Kerusakan dan kekumuhan di beberapa sudut mulai terlihat.

Bahkan, lantai taman yang terbuat dari rumput sintetis mulai mengeluarkan bau tak sedap.

"Memang agak bau, seperti bau kaki," kata Tintin (49) warga asal Soreang, Kabupaten Bandung, saat ditemui di kawasan Alun-alun Bandung, Senin (28/12/2015).

Kondisi itu dibenarkan Zulkarnain (39), salah seorang pegawai kebersihan Taman Alun-alun Bandung. Dia mengakatakan, bau kaki kerap muncul ketika kawasan alun-alun saat diguyur hujan.

"Biasanya bau itu muncul ketika karpet (rumput sintetis) terguyur hujan kemudian terpapar sinari matahari. Jadi baunya itu menguap," ucapnya.

Dia menjelaskan, para pegawai kebersihan sering menyemprotkan cuka dicampur air untuk membersihkan dan meghilangkan bau.

Namun, kondisi itu sulit dihindari, lantaran cuaca di Kota Bandung saat ini tak menentu.

"Biasanya disemprot sebulan sekali atau dua bulan sekali. Itu pun hanya di bagian samping atau pada bagian sambungan karpet. Ya tetap saja bau, susah sih," ujar Zulkarnain.

"Ini kan ruang publik, tiap hari banyak orang jadi cara membersihakannya hanya memungut sampah berserakan saja, kalau karpetnya ya dibiarkan saja," kata dia.

Lantaran bayaknya warga yang datang, rumput sintetis yang semula berwarna hijau, kini mulai kusam. Karpet pun mulai berdebu dan berpotensi menjadi sarang penyakit.

"Memang kotor sih, ada yang buang sampah, buang ludah sampai kotoran kucing ada. Biasanya kalau sudah disemprot pakai air cuka, suka keluar binatang seperti serangga gitu," ujar Zulkarnain.

Sikap masyarakat yang abai dengan kebersihan pun turut menjadi pemicu mulai kumuhnya Taman Alun-alun.

"Justru sekarang banyak yang melanggar aturan. Kebanyakan yang buang sampah seperti tisu, bungkus nasi, tulang daging, tusuk sate, tusuk gigi. Kalau pas pertama memang sadar, tapi sekarang malah makin banyak yang melanggar," ucap Zul.

Namun, bahaya kesehatan yang mengancam tak menyurutkan animo masyarakat untuk mendatangi Taman Alun-alun Bandung.

Imas (45), warga Baleendah Kabupaten Bandung mengaku tak begitu menghiraukan akan bahaya kesehatan.

"Ya anak kecil kan susah dilarang. Apalagi baru pertama kali ke sini. Jadi enggak apa-apa lah," ucapnya.

Sumber: Kompas.com