Jubhah Nusrah : Kelompok Yang Terlibat Konferensi Riyadh Adalah Konspirasi Untuk Mempertahankan Rezim Assad


Idlib – Komandan gerakan jihad Jabhah Nusrah, Syaikh Al-Fatih Abu Muhammad Al-Jaulani mengatakan bahwa semua kelompok yang terlibat dalam konferensi Riyadh tersebut adalah para pengkhianat syuhada Suriah.

Hal itu ditegaskan dalam sesi wawancara khusus komandan Jabhah Nusrah itu bersama empat wartawan Timur Tengah. Keempatnya adalah Hadi Abdullah (wartawan independen Suriah), Musa Al-Umar (Al-Ghad Al-Araby TV), Adham Abu Al-Hisam (Al-Jazeera TV) dan Muhammad Al-Faishal (Orient TV).

Dalam saluran Youtube milik Orient News yang disiarkan sejak Sabtu, (12/12), Al-Jaulani telah mengadakan konferensi pers dengan mengundang empat orang jurnalis di Suriah.

Dalam sesi wawancara itu, Al-Jaulani mengecam sepak terjang Arab Saudi yang memaksakan penyatuan seluruh faksi di Suriah dalam agenda sekulerisme, sekaligus menyebut mereka yang terlibat dalam konferensi Riyadh tersebut sebagai para pengkhianat.

Abu Muhammad al-Jaulani mengatakan bahwa Konferensi Riyadh adalah bagian dari konspirasi untuk membangkitkan dan mempertahankan rezim Bashar Assad.

“Konferensi yang diadakan di Suriah tersebut, tidak diadakan untuk menolong rakyat Suriah.” kata Al-Jaulani.

Ia mengatakan bahwa Jabhah Nushrah tidak diundang dalam acara tersebut, dan Jabhah Nushrah pun juga tidak akan pernah datang dalam acara tersebut atau acara semacamnya jika diundang.

Sebelumnya, faksi jihad mainstream di Suriah, Ahrar Syam pun undur diri dari Konferensi Riyadh.

Al-Jaulani juga menegaskan, “Kelompok-kelompok bersenjata lain yang menghadiri konferensi tersebut telah melakukan ‘pengkhianatan terhadap pengorbanan rakyat Suriah’ dalam perang sipil yang telah berlangsung hampir lima tahun ini.”

Konferensi Riyadh yang diadakan oleh Arab Saudi tersebut mengundang para diplomat dari 17 negara, termasuk negara-negara para pendukung kelompok yang berseteru, baik dari kalangan oposisi maupun dari rezim Bashar Assad, yang menyetujui hasil-hasil konferensi di Wina-Austria tentang peta penyelesaian konflik Suriah.

Syaikh Al-Jaulani menolak adanya kemungkinan gencatan senjata atau penyelesaian politik dengan rezim Assad, dan menambahkan bahwa pasukan Suriah hanya menguasai 20 persen wilayah di negara tersebut.

“Sejauh ini, kami menganggap bahwa rezim Bashar Assad ini telah bubar dan pada faktanya rezim ini telah terpecah menjadi banyak faksi,” kata pria kelahiran Suriah itu.

Syaikh Jaulani juga mengatakan, “Setelah meluncurkan aksi militer di bulan September. Rusia telah terbukti gagal untuk membuat kemajuan signifikan dan mereka akan gagal dalam menopang rezim Bashar Assad di Suriah.”

Ia menekankan bahwa Jabhah Nushrah tidak memiliki keinginan untuk melakukan operasi militer apapun di luar Suriah. Menurutnya, Jabhah Nusrah tidak akan pernah berhadapan langsung dengan kekuatan Barat karena komitmennya untuk menegakkan “Keadilan Islam.”

Akan tetapi, pada saat yang sama Syaikh Al-Jaulani membela hubungan organisasinya dengan Al-Qaidah dan memuji tindakan yang bertujuan untuk menggagalkan rencana dan makar Barat yang telah menzalimi kaum Muslimin di Afghanistan dan Iraq.

Sumber: Muqawamah Channel, Orient News, Youtube

Sumber: Kiblat.id