LGBT Makin Gencar Beraksi Dengan Mendapat Justifkasi Dari Ide Liberalisme


Ana terkejut saat kebetulan melihat Foto pernikahan pasangan sejenis (homo) di Bali yang beredar di media sosial. Koq pakai kata kebetulan sih? Ya..Kebetulan itu asal katanya “betul”. Betul itu sama dengan “benar”. Tapi saya tidak berani mengusulkan kepada Anda agar menyepakati bahwa kebetulan itu juga sama dengan kebenaran, hehe.

kebetulan melihat foto bukan berarti membenarkan foto itu. Karena hingga kini mesin pencari google sendiri sebagai sebuah kesepakatan masyarakat untuk verifikasi kebenaran fakta itu belum bisa membuktikannya. Namun ini bukan melakukan pembenaran sikap dua makhluk aneh yang ada di foto itu, tapi ini sebagai kritik pada media mainstream soal pemberitaan kaum LGBT yang cendrung tidak fair. Kaum homo terpublikasi via sosial media, yang notabennya masyarakat punya andil menjadikannya ini berita besar atau tidak. Kemana media lain saat kejadian hewani oleh manusia ini terjadi? Bener atau bener mereka tidak tau, atau gak mau tau?

Media mainstream sekuler diam seribu bahasa mempeprsoalkan foto itu. Ini wajar karena memang selama ini, orang-orang LGBT dan para pendukungnya makin gencar beraksi dengan mendapat pembenaran/justifkasi dari ide liberalisme, kebebasan berekspresi yang dibangun di atas ideologi sekuler yang menafikan agama dari kehidupan. Juga dilegitimasi oleh ide HAM.



Semua itu setali tiga uang dengan dengan kampanye media selama ini yang menjerumuskan umat Islam pada arus liberalisme. Media yang otaknya tak jauh dari nilai 'kewanitaan' selalu tidak objektif dengan nilai 'kepriaan'. Maaf ini bukan pembahasan syahwat dalam arti sesungguhnya, tapi soal syahwat politik media dan ekspoloitasi wanita sebagai akarnya adalah liberalisme yang merontokan moral bangsa.

Hal ini sangat jauh berbeda saat media melihat fenomena poligami. Kita tau pria itu memiliki hak untuk berpoligami. sebagai salah satu wasilah pemberantasan kemaksiatan (perzinaan) di masyarakat. Apabila diantara sepasang muda – mudi sudah saling mencintai, pilihan yang mereka punya hanyalah dua, yakni cinta itu akan menjadi halal dengan cara menikah, dan cinta itu akan menjadi haram dengan berzina. Tentunya orang yang waras akan memilih pilihan yang pertama, yaitu menghalalkan cinta dengan cara menikah, agar mendapat banyak pahala.

Sekali lagitapi ini bukan pembenaran soal cinta Mahluk aneh foto di Atas, tapi ini sebagai bukti media tutup mata, telinga akhirnya tidak lihat kebenaran Islam. Berita Poligami di busukkan, Gay Homo di suburkan.



Saya malah khawatir kalau insan pers banyak mentalnya banyak ber genre ala mahluk aneh yang saya sebutkan tadi. Hanya bisa berharap semoga itu tidak terjadi. Tetapi kenapa ya, kekhawatiran itu masih terlalu kuat di hati dan pikiran saya, melihat banyaknya tayangan televisi yang meng endorse dan mensupport pemberitaan sejenis makhluk aneh di atas.

Mulai dari penggunaan tallent sampai pada skenario yang selalu menunjukkan ke waria'an (varian homo) untuk menarik minat penonton. hah, Jadi teringan dengan Olga saputra yang kematiannya di besar - besarkan media...upssss.

Harusnya, cara berfikir media itu tidak kebetulan tapi kebenaran. walau kebetulan seakan sinonim kebenaran, namun salah besar jika media 'menyambut cantik' berita aneh sesuai yang kebetulan. Berita aneh harus dilihat dari kebanarannya layak di publikasi atau tidak dari aspek akidah islam. Apalagi insan pers Muslim. Ingatlah saudaraku insan pers setiap pemberitaan tulisan anda akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.