“Ustadz Kok Jualan? Halah Ngaku Agamis, Ternyata Jualan Agama"


Komentar satir sinis dan serupa dengannya tentu sudah akrab di telinga kita, dan senantiasa muncul komentar yang sama pedasnya atau lebih dari itu di kolom komentar saat posting-posting tentang jualan kita temukan, dan tentu di postingan kali ini pun juga pasti akan ada komentar serupa hehehe.


Padahal, menafkahi keluarga dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah kewajiban mulia bagi lelaki, dan dalam hadits lain penghapus dosa yang tidak bisa dihapus dengan shalat dan puasa, juga sebagai sarana shadaqah bagi suami kepada istri, anak-anak, dan seluruh anggota keluarga.

Tidak ada yang salah dengan berjualan atau berdagang, siapapun dia dan apapun dia, mau ulama atau orang awam, mau orang kaya atau orang miskin, berjualan dan berdagang adalah amalan mulia, cara mencari harta yang halal yang memang Allah perintahkan pada setiap lelaki. Bahkan Nabi Muhammad, junjungan kita adalah pedagang hebat, Alhamdulillah, suri tauladan kita mencontohkan berdagang dan berjualan, dan beliau mencontohkan bagaimana jadi penjual dan pedagang yang Allah ridhai.

“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan” (HR Baihaqi)

MasyaAllah, berdagang adalah sebaik-baik penghasilan, siapapun yang melakukannya, asal berdagang ini sesuai dengan syariat yang Allah turunkan, bahkan ulama-ulama dahulu seperti Imam Abu Hanifah pun pedangang ulung, yang bisa membiayai murid-muridnya.

Bagi saya, berdagang adalah cara terbaik untuk bisa all-out dalam dakwah, selepas lulus dari kuliah tahun 2006, saya sempat bekerja kantoran selama 5 tahun hingga 2011, dan percaya deh, saya tahu persis sulitnya bekerja di kantoran dan berdakwah, terkadang saya bertanya-tanya “saya ini hidup berdakwah sambil ngantor, atau ngantor sambil dakwah?” Saya nggak bilang yang ngantor nggak bisa dakwah, nggak, banyak sekali orang-orang yang ngantor dan memberikan efek besar banget bagi dakwah di kantornya, bahkan kotanya, bahkan lintas kota dan negara hehehe.

Tapi saat itu saya berdoa pada Allah, “Jika engkau berkenan, dan Engkau yang paling tahu, hamba mohon waktu yang lebih banyak untuk bisa berdakwah, tanpa melalaikan kewajiban mencari nafkah, Engkau Maha Tahu jalan keluarnya”

Kondisi sekaranglah yang menjadi jawabannya, di sela-sela kesibukan kantor, selama tahun 2009-2011 saya menulis 3 buku pertama saya, “Beyond The Inspiration”, “Muhammad Al-Fatih 1453″ dan “How To Master Your Habits”.

Dengan uang pinjaman dari Papi, saya mencetak 3 buku itu dengan merintis penerbitan, ikut bookfair, bawa-bawa buku berat-berat setiap kajian di perkantoran (mungkin disini ada saksi nyata, setiap ngisi kajian kantoran saya bawa tas travel isinya buku semua hehehe..), abis kajian, jualan buku, kadang laku, kadang nggak, kadang pulang tas udah ringan karena ganti uang, kadang masih berat dan sakitnya tuh di betis bawa tas gede jualan hehehe.. masyaAllah

Alhamdulillah kondisi keuangan membaik, kontrak bisa dibayar, dan keluarga nambah, anak saya sudah 2 waktu itu di tahun 2011, tapi tentu kekurangan masih banyak, untung, lagi-lagi Papi selalu membantu keuangan saya, walau sudah 5 tahun menikah 2011 akhir, saya berkenalan dengan twitter, dan memutuskan berdakwah via sosmed, dikarenakan target dakwah masa kini yang memang jarang ke Masjid namun selalu membawa gadget kemanapun, selain itu juga lebih luas cakupannya, disitulah akun @felixsiauw mulai aktif berdakwah.

Alhamdulillah, selain menjadi ajang baru dakwah, sosial media membawa saya ke ranah dagang yang juga baru, berkenalan dengan ahli-ahli dagang yang mulai perhatian pada Islam dan ekonomi syariah, banyak peluang baru yang mulai terbuka.

Saat mendakwahkan hijab syar’i misalnya, saya senantiasa mendapatkan tanya kala itu “dimana kita bisa beli hijab syar’i?”, padahal istri saya di masa-masa 2011 itu aja hijab syar’inya bikin, bukan beli, karena di masa itu yang lagi booming hijab yang rumit-rumit.

Istri saya pun pedagang kerudung sejak nikah, dan lalu punya ide untuk memberikan solusi pada yang nanya “dimana beli hijab syar’i?” dengan kata-kata “Bi, kita buat usaha hijab syar’i aja yuk?”, dari situ hadirlah Hijab Alila​.

Peluang dakwah yang semakin besar, audiens yang semakin banyak juga membuat buku-buku saya semakin dikenal, berjumpa pula dengan @Benefiko yang kemudian bekerjasama menghasilkan buku#UdahPutusinAja dan #YukBerhijab, atas izin Allah, buku ini diterima pasaran hingga dibuatlah @AlFatihStudios untuk menyeriusi dalam mengangkat karya-karya dakwah dengan visual yang baik bagi pembaca-pembaca khususnya generasi muda.

Semua peredaran buku yang begitu cepat dan luas, akhirnya memaksa saya untuk melepas @AlFatihBookstore kepada adik-adik halqah saya untuk mereka urus, disitu akhirnya saya bisa menemukan jalan all-out untuk dakwah, Alhamdulillah ‘ala nikmatillah.

Seiring peluang dakwah yang semakin terbuka, peluang berdagang juga sama, bersama Ustadz Fatih Karim dan Abu Adam Teuku Wisnu, kita menggagas pula @1GodClothing, t-shirt dakwah, dan @SateKabayan, Alhamdulillah.

Ada juga temen yang minta untuk dampingi jamaahnya ke Istanbul, Turki, saya juga hayuh aja, selama bagian dari dakwah dan bantuin temen, mengapa nggak? Itu dia @Satu_tours yang memang jalannya nggak hanya komersil, tapi juga bagian dakwah.

Lantas jadi orang kaya? Hehehe.. nggak juga ternyata hehe.. Mobil masih dipinjemin Papi, modal 80% masih disupport juga sama Papi, usaha juga masih lebih banyak ruginya daripada untungnya hahaha.. dan kemana-mana masih dengan kendaraan yang sama yang dipake 4 tahun lalu, yang nambah anak, istri? masih sama kayak dulu, itu-itu aja hehehe.

Tapi Allah berikan semua doa saya, bisa all-out dalam dakwah tanpa mengesampingkan mencari rezeki halal, dan Allah berikan bonusnya, memandirikan anggota halqah-halqah saya, dan membuat mereka berpikir hal yang sama, bagaimana all-out dalam dakwah tanpa mengesampingkan urusan kewajiban memberi nafkah, Alhamdulillah.

Bedanya? Dulu terus terang saya kesulitan membiayai keluarga, apalagi membiayai dakwah, karena dari dulu saya memiliki prinsip untuk tidak menarif sama sekali dalam kewajiban dakwah ini, bahkan kita sediakan sendiri transportasi, dan kelengkapan dakwah dalam beberapa kasus khusus.

Sekarang? Alhamdulillah, kita bisa membiayai sendiri dakwah, bahkan mengontrak ruko untuk dijadikan Masjid tempat orang bersujud, ditengah-tengah tempat yang nggak ada Masjid terdekat, walau ngontrak, lumayan lah. Alhamdulillah ‘ala nikmatillah.

Kita Muslim diminta untuk mandiri dan terhormat dihadapan manusia dengan tidak meminta-minta, apalagi meminta-minta dalam menyampaikan dakwah, tapi disisi lain, kita Muslim pun diwajibkan mencari harta halal, dan berdagang berjualan ini salah satu jalannya.

“Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari jerih payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud as dahulu senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri.” (HR Bukhari)

“tapi antum kan Ustadz, harusnya jangan berdagang, kesannya kayak jualan agama!” Hehehe.. ngurusin manusia nggak ada habisnya, kalau Ustadz berdagang dibilang “jualan agama”, kalau nggak berdagang dan hidup dari infaq atau amplop orang dibilang “Ustadz jualan ayat”, hehehe.. nggak ada habisnya, namanya orang nggak suka ya nggak suka aja apapun yang kita buat, maka berbuatlah karena Allah bukan karena manusia.

Jadi, ‘ala kulli haaal, saya bangga jadi Muslim, saya bangga jadi pedagang dan berjualan, Alhamdulillah, ini jalan cari harta halal dan baik, ini jalan bisa all-out dalam dakwah, dan dakwah ini, susah-mudah, kaya-sengsara, jualan-karyawan, tetep aja wajib dilakukan, karena dakwah bukan profesi tapi bagian kewajiban.

Selain itu, saya juga bangga mencontohkan pada Muslim lain, terutama generasi muda, untuk tidak malu berjualan dan berdagang, bahkan bangga jadi penjual dan pedagang, jangan sampai pasar malah dikuasai oleh orang-orang yang nggak beriman dan nggak mau ngeramein Masjid, pasar kita harus diubah dan diisi orang-orang salih.

Jadi ya, saya pendakwah (doain ya biar istiqamah), dan saya juga pedagang. Apa aja dagangan saya? boleh kalau mau liat hehehe.. (sekalian doain ya biar jadi kebaikan)
Ini akun-akun twitternya:
@HijabAlila, jualan hijab bagi Muslimah
@Alfatihcenter, distributor buku dan dagang buku
@SateKabayan, jualan sate
@1GodClothing, jualan t-shirt
@Alfatihstudios, desain visual dan dakwah kreatif
@Satu_tours, kalo ini bantuin orang aja, bukan pemasukan hehe..

Mudah-mudahan yang baca diberikan kebaikan, mau setuju mau nggak setuju itu pilihan hidup, mau mendoakan mau mendengki itu juga pilihan hidup, ada yang ketika liat yang lain sukses lalu mau belajar, ada yang malah negatif dan nyari kesalahan, itu juga pilihan, yang manapun pilihannya saya doakan “barakallahu fiikum, semoga Allah memudahkan semua kebaikan”

Curhatnya saya tutup dengan hadits Nabi saw, “Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid” (HR Tirmidzi)

Ohya, lupa, kalau habis baca postingan ini lalu menemukan komen-komen negatif dan provokatif, abaikan saja, karena Muslim nggak mencaci dan nggak bales cacian, tunjukkan akhlak mulia sebagai seorang Muslim ya.. jaga lisan

“Seorang mukmin bukanlah orang yang sukamencela, melaknat, berperangai buruk, dan mengucapkan ucapan yang kotor” (HR Ahmad).

Oleh: Ustadz Felix Siauw (Muallaf, Pendakwah, Penulis Buku)