Cerdas Mengelola Cemburu Agar Tak Mendapat Teguran Allah


Sebagai seorang istri dan muslimah, pastilah kita gemetar luar biasa bila mendapat teguran seperti itu. Jika Allah, Tuhan kita, dan malaikat-malaikat-Nya saja sudah berseberangan dengan kita, lalu kepada siapa kita akan minta perlindungan dan pertolongan? Jadi penasaran, kecemburuan seperti apa sih yang sampai sekeras itu tegurannya? Wah, jangan-jangan selama ini kecemburuan kita sudah masuk kategori ini ?

Kondisi seperti ini pernah dialami oleh dua istri Nabi SAW, yaitu Hafsah dan Aisyah. Keduanya mencemburui perhatian yang Nabi SAW berikan pada istri beliau yang lain, yaitu Zainab binti Jahsyi. Zainab kerap menyuguhkan madu setiap kali Nabi SAW berada di rumahnya. Dan Nabi SAW sangat menyukai madu dari Zainab.

Rasa suka ini rupanya tertangkap oleh Hafsah dan Aisyah. Mereka lalu sepakat bersiasat bila Nabi SAW mendatangi salah satu dari mereka setelah dari rumah Zainab, mereka akan berkata, “Sesungguhnya aku mencium bau maghafir pada dirimu, pasti engkau telah meminum maghafir.” Maghafir adalah sesuatu yang menyerupai getah yang ada pada pohon ramats yang memiliki rasa manis.

Siasat keduanya berhasil. Setelah mendengar perkataan tersebut dari Hafsah, Nabi SAW berkata, “Tidak, tetapi aku telah minum madu di rumah Zainab, dan sekali-kali aku tidak akan meminumnya lagi. Dan aku bersumpah untuk itu. Karenanya, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun.”

Allah menegur Nabi-Nya, “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu?” (QS At-Tahrim (66) : 1)

Tak hanya menegur, bahkan Allah memerintahkan Nabi SAW membatalkan sumpahnya, “Sungguh, Allah telah mewajibkanmu membebaskan diri dari sumpahmu, dan Allah adalah pelindungmu.” (QS At-Tahrim (66) : 2)

Merasa siasat berhasil, Hafsah pun tak tahan memendam rahasia itu lama-lama. Hafsah membisikan pada Aisyah apa yang telah Nabi SAW katakan kepadanya: “Dan ketika Nabi berbicara secara rahasia kepada sebagian istri-istrinya (Hafsah) suatu peristiwa, lalu dia (Hafsah) menceritakan (pada Aisyah) peristiwa itu, dan Allah memberitahukan hal itu kepadanya (Nabi), lalu (Nabi) memberitahu (Hafsah) sebagian dan menyembunyikan sebagian yang lain. Maka ketika dia (Nabi) memberitahu hal itu kepadanya (Hafsah), dia (Hafsah) bertanya, “Siapa yang memberitahumu tentang hal ini?”. Ia (Nabi) menjawab, “Yang memberitahuku adalah Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS At-Tahrim (66) : 3

Maka Hafsah dan Aisyah pun kena tegur : “Jika (kalian berdua) bertaubat kepada Allah, maka sungguh hati kalian (berdua) telah condong kepada kebaikan. Dan jika (kalian berdua) saling bantu menyusahkannya (Nabi), maka sungguh Allah adalah pelindungnya (Nabi), dan juga Jibril, dan juga orang-orang mukmin yang soleh, dan setelah itu malaikat-malaikat juga penolongnya.” (QS At-Tahrim (66) : 4)

Dan bukan hanya teguran, bahkan ditambah sedikit ancaman : “Jika dia (Nabi) meceraikan kalian berdua, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya istri-istri yang lebih baik dari kalian. Perempuan-perempuan yang berserah diri (pada Allah), benar-benar beriman, sangat taat, selalu bertaubat, ahli ibadah, selalu berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS At-Tahrim (66) : 5)

Dan bukankah Hafsah seorang janda saat dinikahi Nabi SAW, dan Aisyah seorang perawan? Sungguh teguran dan ancaman yang sangat keras bagi seorang perempuan! Dan Hafsah maupun Aisyah telah memilih untuk bertaubat.

Kisah ini menuntut setiap muslimah untuk lebih cerdas dalam mengelola rasa cemburu yang melandanya. Kecemburuan karena hal apapun, jangan sampai membuat seorang suami mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah, ataupun menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah. Dalam hal lebih luas, membuat suami menyalahi apa-apa yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an.

Misalnya suami sangat memperhatikan dan mengutamakan ibu kandungnya. Kita cemburu. Demi kita, suami akhirnya menomorduakan ibunya, yang akhirnya membuat sakit hati sang ibu. Kita harus ingat, bahwa berbakti kepada ibu bapak adalah perintah Allah yang nyata-nyata tertulis dalam Al-Qur’an.

Kita cemburu pada tetangga yang telah memiliki rumah dan mobil. Keuangan keluarga pas-pasan. Tapi demi kecemburuan kita, suami akhirnya mengambil kredit pinjaman rumah dan kredit pinjaman mobil dengan sistem riba. Padahal dalam Al-Qur’an, Allah telah nyata-nyata mengharamkan riba.

Dan bagi yang belum bersuami, jangan sampai kecemburuan itu membuat ayah dan saudara laki-laki mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah, ataupun menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah. Hukum waris dalam Al-Qur’an nyata-nyata mengatakan bahwa anak laki-laki mendapat bagian dua kali lebih banyak daripada bagian anak perempuan. Jangan sampai karena kecemburuan saudara perempuan yang tidak mendapat bagian yang sama, hukum waris itu ditinggalkan.

Allah menutup kisah ‘kecemburuan’ ini dengan perintah saling menjaga bagi suami istri maupun sesama saudara, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.” (QS At-Tahrim (66) : 6)

Karena jika Allah telah mengeluarkan pernyataan bahwa Dia dan malaikatnya bersebarangan dengan kita, tempat apalagi yang akan kita tuju kalau bukan api neraka? Na’udzubillahi min dzalik. Dan Allah Maha Tahu Sebenarnya.

Referensi : Tafsir Ibnu Katsir, jilid 8, Surat At-Tahrim, Pustaka Imam Syafi’i, tahun 2004 (ummi-online/muslimahzone)