AADP

When your four wives realise they have the same husband.
Jika keempat istri Antum tahu bahwa mereka mempunyai suami
yang sama. Apa yang terjadi dengan suaminya?
Ada Apa Dengan Poligami (AADP)? Satu kata yang begitu sedap dan ringan untuk diperbincangkan. Namun, benarkah Istana Kedua itu Surga yang Tidak Dirindukan?

“Adil” dalam berpoligami. Mampukah?

Rasulullah setia dengan Khadijah selama 28 tahun, baru kemudian poligami. Nah, kita ingin mengikutinya? Hah, kita?

Sebenarnya bosan dan jengah dengan pernyataan: “Kalau mau poligami sono gih sama janda-janda yang renta seperti Rasulullah, bukan dengan perempuan yang lebih muda dan lebih cantik dari istri pertama. Itu mah ngikutin nafsu doang!

Poligami sebenarnya “gpp” dalam Islam. Masih banyak permasalahan bangsa ini dari sekadar hal yang “bukan apa-apa”. Mungkin seks bebas, zina, dan sejenisnya bukan tema yang seksi.

Nah, ukuran poligami yang happy story kayak apa ya?

Baiklah, Ikhwan Ukhti. Semua harus didudukkan dalam kerangka syariat saja. Jadi clear dan tidak main feeling.

Adil dalam poligami adalah adil yang bersifat sensitve case, secara fisik harus nampak. Misalnya: membagi waktu/malam, nafkah, hadiah, dll. Soal perasaan memang tidak bisa adil, tidak dosa menurut ana (afwan, just kidding).

Rasulullah tidak berpoligami pada era Khadijah, bukan sebuah sunnah yang masyru’Sama halnya apakah nikah usia 25 tahun itu sunnah. Wafat usia 63 tahun juga sunnah. Andai itu sunnah masyru’iyyah, maka para sahabat lebih dahulu mempraktikkannya. Faktanya? Tidak.

Buktinya: istri Nabi SAW ada yang cantik dan muda. Walau kebanyakan janda renta.


Nikah karena nafsu?

Bukankah hadits mendorong nikah pemuda demi menjaga kemaluan dan kehormatan?

Bahasa haditsnya "vulgar"nya: "aghoddu lil bashor wa ahshonu lil farj". Bayangkan, soal kemaluan disebut-sebut.........

Poligami sudah lama jadi pintu tasywih ‬yang seksi buat kaum liberalis. dan feminis. Seakan mereka happy nemu “kelemahan” Islam dan akan terus dieksploitasi.

Happy story: anak istri taat, sholeh, mujahid.

‬Keluarga “bahagia” tapi tidak menghasilkan anak-anak sholeh dan keluarga yang taat agama apalagi mujahid adalah sia-sia belaka.

Tapi keluarga penuh dinamika seperti Asma binti Abu Bakar dan Zubayr bin Awwam lebih mulia karena mereka tetap istiqomah dalam jihad dan melahirkan keturunan-keturunan pejuang.

Kata sederhananya adalah hanya menjadi suami yang amat penyayang kepada keluarga dan “setia”. Apakah setia itu tentang “satu”? Apakah "dua", "tiga", atau "empat" bukan setia? Jika mengangguk iya, berarti Rasulullah tidak setia? Antum tahu jawabannya.

Jika pelan-pelan menggerogoti yang sebenarnya sudah JELAS hukumnya, bukan tidak mungkin syariat lain akan dibonsai, oleh mereka yang kerdil. Siapa lagi kalau bukan kaum liberalis dan feminis, termasuk pendukung bahkan pelaku LGBT, naudzubillah.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)