Mereka Segan Terhadap Kami!


Ketika kami tamasya ke Pulau Bidadari, Kepulau Seribu, terasa ada yang 'janggal'. Tatkala kami kesulitan turun dari kapal menuju jembatan dermaga, khususnya bagi para akhwat.

Di situ ada beberapa orang, baik dari kru maupun awak kapal yang berdiri di atas kapal untuk membantu para penumpang yang akan naik atau turun dari kapal. Karena posisi kapal yang lebih tinggi dari dermaga, untuk naik atau turun dari kapal tentunya perlu bantuan seseorang yang memeganginya.

Nah di situlah mereka tidak segan-segan membantu memegangi para penumpang baik ikhwan maupun akhwat yang akan naik atau turun dari kapal tersebut.

Namun pada giliran rombongan kami, mereka segan terhadap kami, khususnya segan kepada akhwat-akhwat kami. Karena akhwat-akhwat kami mengenakan hijab yang panjang dan syar'i. Itulah yang menyebabkan orang-orang tersebut segan membantu akhwat-akhwat kami, karena tidak ingin menyentuhnya. Akhirnya orang-orang tadi sengaja membiarkan dari keluarga atau para suaminya yang membantu sendiri istrinya masing-masing. 

Mereka (mungkin) sudah paham, dan tanpa harus diberitahu oleh kami. Ana berfikiran, "Jika untuk menyentuh akhwat-akhwat kami saja mereka segan, terlebih lagi untuk hal-hal yang lainnya!". Ana menilai rasa segan mereka untuk tidak mau menyentuh akhwat-akhwat kami dikarenakan mereka menghormatinya. Mereka (menurut ana) menghormati hijab yang dikenakan akhwat-akhwat kami. Berbeda halnya sikap mereka terhadap wanita-wanita yang tanpa hijab syar'i atau yang memperlihatkan auratnya, mereka berani menyentuh bagian tubuh wanita-wanita walaupun dengan alasan membantu.

Inilah fitrah manusia yang tidak bisa ditutupi dan bahkan disembunyikan. Fitrah manusia yang masih memiliki rasa hormat terhadap ajaran Islam yang benar, khususnya hijab syar'i.
Fungsi hijab yang sejatinya yaitu melindungi para akhwat dan menjadikan mereka lebih terhormat di mata manusia. Dan Allah saja yang lebih mengetahui apa-apa yang tidak diketahui makhluk-Nya.
Subhanallah...

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)