“Kalau aku melihat seorang laki-laki bersama istriku..,” kata Sa’ad bin Ubadah berandai-andai, “tentu akan kupukul dengan pedang hingga ia tak bisa mengeluarkan suara lagi.”
Tak perlu kiranya kira heran dengan kata-kata Sa’ad ini. Karena, ketika kata-kata ini disampaikan kepada Nabi ﷺ beliau justru bersabda, “Apakah kalian heran terhadap perkataan Sa’ad. Demi Allah, aku lebih cemburu daripada dia, dan Allah lebih cemburu daripadaku!” Demikianlah yang sampai kepada kita dari Asy-Syaikhani: Bukhari dan Muslim.
Cemburu itu tanda cinta. Betapa besar cinta Aisyah kepada Rasulullah telah begitu melahirkan begitu banyak kisah kecemburuan yang menghias kitab sirah dan fiqih rumah tangga. Begitu besar rasa cinta para istri beliau, sampai-sampai kecemburuan pernah menggegerkan Madinah karena Rasulullah ditegur langsung oleh Allah melalui wahyu di awal Surat At-Tahrim. Ya, kecemburuan selalu ada. Masalahnya, bagaimana membuatnya selalu menjadi tanda cinta yang mencerahkan hari-hari kita?
“Belum pernah kutemukan..,” kata Aisyah, ‘seorang yang pandai memasak seperti Shafiah, Ia memasak makanan bagi Rasulullah ketika beliau ada di rumahku. Sebelum Rasulullah memegang makanan itu, aku merebutnya. Dan karena kecemburuan yang sangat, maka makanan dan berikut tempatnya aku banting hingga hancur berantakan…”
Dengarlah Aisyah melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku menyesali perbuatan itu. Kukatakan pada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, apakah kafarat atas perbuatan yang kulakukan ini?’ Beliau menjawab, ‘Pinggan diganti pinggan, dan makanan diganti dengan makanan yang sama!'”
Perlu kita ketahui, banyak versi atas kisah ini yang memungkinkan analisa bahwa tak hanya sekali atau dua kali Aisyah membanting piring. Bahkan dalam satu riwayat disebutkan, makanan buatan salah satu istri Rasulullah itu hendak digunakan untuk menjamu para shahabat. Di depan tamu, bayangkan, betapa hancur harga diri saat istri sendiri membanting jamuan yang akan disuguhkan. Tapi Rasulullah tetap mulia, tak tampak marah pada siapa pun. Beliau hanya mengatakan, “Sesungguhnya ibu kalian sedang cemburu.”
Dikutip dari buku Baarakallaahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta karya Ustadz Salim A. Fillah
(fatima/muslimahzone.com)