Bagai kisah di layar kaca, namun nyata terjadi…itulah gambaran perjuangan seorang warga Ponorogo asal Pesawaran Lampung dalam mengejar cita cita. Dengan berjualan cilok, Muhamad Mualimin sukses mengantar sang istri yang juga berasal dari Lampung (keturunan Ponorogo) menyelesaikan kuliah S2 (Magister Ekonomi Syariah ) di sebuah perguruan tinggi negeri di Ponorogo. “Alhamdulilah minggu kemarin istri saya sudah ujian Thesis, biasa ada revisi tapi Insyallah ini tinggal menunggu wisuda”ucapnya.
Alim (panggilan akrabnya) kini menjadi warga Lingkungan Juranggandul kelurahan Kadipaten Kec Babadan Ponorogo dan sehari hari berjualan Cilok di sekitar wilayah Kecamatan Babadan seperti desa Pondok,Babadan,Hingga Cekok. Jam Jualan sekitar jam 16.30 (setengah 5 sore) sampai sekitar jam 20.30 (setengah 9 malam). Pagi hari ia gunakan untuk belanja dan memasak bahan dagangan.
Kisah Perjalanan.
“Panjang sekali ceritanya saya dari Lampung sampai di Ponorogo ini, semua terjadi karena berkah dibalik kesusahan. Awalnya, pas dolan ke Ponorogo saya mengalami kecelakaan lalu lintas, di situ saya di tolong warga asli Ponorogo dan dirawat sekitar 3 Minggu.
“Selama di Ponorogo menunggu sembuh, saya tertarik melihat kehidupan warga Ponorogo yang rukun, kondisi kotanya aman. Kebetulan yang saya tempati selama di Ponorogo punya usaha kuliner…saya amati kok banyak hal baru yang bisa saya pelajari. Etos kerja, sikap sederhana juga mau berfikir jauh ke depan.
Akhirnya sekitar 5 tahun lalu saya memutuskan pindah dari Lampung ke Ponorogo, belajar usaha makanan selama 1 tahun lalu berjualan sendiri di tahun ke 2. Mungkin rejeki saya di Ponorogo, alhamdulilah saya bisa hidup tenang di Ponorogo ini bersama anak Istri,termasuk membiayai istri hingga S2” Kisahnya.
Kiat Sukses
“Kalau kiat bisnis dan usaha secara umum dimana mana sama, di Lampung sendiri sebenarnya saya dulu sudah pernah punya usaha. Yang saya pelajari selama di Ponorogo ini ternyata kesuksesan dalam berbisnis itu pada menata pola pikir dan hati. Awal di Ponorogo, saya di ajari kalau ingin berwirausaha itu pertama menata hati, Ojo Kagetan, Aleman, Lecek’an.(Jangan mudah kaget baik saat sukses maupun gagal, jangan mudah lupa diri saat dipuji, jangan mudah menyerah)”
“Saya diberi contoh sederhana: misalnya jualan rame,jangan lalu trus kredit motor baru, motor lama dijual,nanti pusing tiap bulan bayar angsuran padahal motor lama juga dipakai masih lancar. Kalau menuruti gengsi, ingin dipuji dan di anggap wah kita sendiri nanti yang susah. Lebih baik uangnya ditabung untuk persiapan kalau ada kebutuhan juga untuk investasi membesarkan usaha. Saya ikuti nasihat nasihat sederhana ini, alhamdulilah besar hikmahnya.”…tuturnya.
Demikianlah kisahnya,semoga bisa menjadi inspirasi.
mudah kaget baik saat sukses maupun gagal, jangan mudah lupa diri saat dipuji, jangan mudah menyerah)”
“Saya diberi contoh sederhana: misalnya jualan rame,jangan lalu trus kredit motor baru, motor lama dijual,nanti pusing tiap bulan bayar angsuran padahal motor lama juga dipakai masih lancar. Kalau menuruti gengsi, ingin dipuji dan di anggap wah kita sendiri nanti yang susah. Lebih baik uangnya ditabung untuk persiapan kalau ada kebutuhan juga untuk investasi membesarkan usaha. Saya ikuti nasihat nasihat sederhana ini, alhamdulilah besar hikmahnya.”…tuturnya.
Demikianlah kisahnya,semoga bisa menjadi inspirasi.
Sumur
Silakan Copy Artikel yang ada di sini, tapi cantumkan sumbernya http://akhwatmuslimahindonesia.blogspot.com/