CDB beri pinjaman untuk Bank BRI, BNI, dan Mandiri.
Indonesia dan China terus mendorong transaksi langsung antara mata uang kedua negara yakni Rupiah dan Yuan. Itu guna makin meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara.
"Aktivitas perdagangan dan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan China akan cukup besar serta luas, jadi lebih baik kita langsung bertransaksi langsung Rupiah dan Yuan (Renmimbi/RMB)," jelas Menteri BUMN Rini Sumarmo di Beijing, 16/09/2015).
Ditemui usai menyaksikan penandatanganan kesepakatan pinjaman tiga bank BUMN, yakni Bank BRI, BNI, dan Mandiri, dengan Bank Pembangunan China (CDB), ia mengatakan transaksi langsung menggunakan Rupiah dan Yuan, bertujuan pula melindungi Rupiah dan Yuan, dari tekanan Dolar AS apapun bentuknya, akibat tingginya permintaan Dolar AS, jika kedua negara masih menggunakan mata uang Dolar AS dalam bertransaksi.
Tiga bank milik negara ini menandatangani kesepakatan pinjaman senilai total US$3 miliar dengan Bank Pembangunan China (China Development Bank/CDB), guna membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.
Penandatanganan kesepakatan pinjaman dilakukan Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni, Direktur Utama BRI Asmawi Syam, dan Direktur Utama Bank Mandiri Budi G Sadikin, dengan Presiden Eksekutif CDB Zeng Zhijie, disaksikan Menteri BUMN Rini Sumarno dan Kepala Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi (National Development and Reform Committe/NDRC) Xu Shaoshi.
Pinjaman sebesar US$ 3 miliar tersebut, merupakan tahap pertama dari keseluruhan komitmen pinjaman yang akan diberikan CDB sebesar US$ 20 miliar, yang sudah disepakati antara Kementerian BUMN dan CDB dan NDRC. "Ada pula pinjaman sebesar 10 miliar dolar AS untuk PLN," ungkap Rini.
Dari total pinjaman tiga miliar dolar AS tersebut, masing-masing bank yaitu Bank BRI, BNI, dan Mandiri, menerima pinjaman sebesar satu miliar dolar AS dengan jangka waktu 10 tahun. "Selain itu 30 persen dari dana pinjaman tersebut akan diterima dalam mata uang Renminbi (RMB). Ini merupakan tahap awal, untuk kedua negara mulai melakukan transaksi langsung menggunakan Rupiah dan RMB," papar dia.
Terkait transaksi langsung dalam Rupiah dan RMB, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya telah mengajukan izin penggunaan RMB dalam melakukan transaksi serta kegiatan perbankan lainnya bagi Bank Mandiri di Shanghai.
"Semoga akhir tahun ini, kami sudah boleh menggunakan RMB, tidak lagi harus menggunakan dolar AS, sehingga keuntungan yang didapat juga lebih tinggi, terutama untuk melakukan layanan perbankan di China," kata dia.
Sementara Direktur Bank BNI46 Achmad Baiquni mengatakan, "sebenarnya untuk transaksi menggunakan RMB, sudah dilakukan BNI46, dalam beberapa bentuk fasilitas yang diberikan kepada debitur. Ke depan, kita akan tawarkan lagi kepada para debitur yang memang membutuhkan RMB," imbuh dia.
Jaminkan BRI, BNI dan Mandiri, Menteri BUMN Utang Lagi Rp 50 Triliun ke China
Sepertinya tak cukup bagi Menteri BUMN Rini Soemarmo utang Rp 58,5 triliun ke China yang diteken Dirut Garuda Indonesia 17 Juni lalu. Rini kembali mengambil utang Rp 50 triliun pada China. Bersama tiga orang direktur bank BUMN yakni PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, Rini menandatangani pinjaman uang dengan pemerintah China sebesar US$ 3 Miliar atau setara 50 Triliun lebih.
Dalam siaran persnya bahwa masing-masing bank tersebut digunakan untuk membiayai infrastruktur dan untuk perdagangan oleh kedua negara. Parahnya lagi, Rini berhutang dengan menjaminkan Bank BRI, BNI, dan Mandiri pada negara China.
Di saat Indonesia sedang mengalami perlambatan hebat laju ekonomi dan menumpuknya hutang luar negeri yang kini sudah mencapai 4000 Triliun lebih, pemerintah melakukan pinjaman kembali yang seolah tak memperdulikan bunga dan jatuh tempo terhadap membengkaknya jumlah hutang Indonesia di saat kurs rupiah sangat terpuruk.
Akankah Bank BRI, BNI, dan Mandiri lepas seperti Indosat?
Sumber-sumber:
- fastnews