Pemimpin Daarut Tauhid yang berada di Geger Kalong, Bandung, tak lagi menutupi sikapnya terhadap Jokowi.
Menurut AA Gym, tokoh dadakan yang terpilih presiden dengan suara hanya dukungan suara 53 persen, tak dapat memberikan solusi apapun, karena dia hanya 'boneka'.
Menurut tokoh yang dikenal dengan 'Aa Gym alias Abdullah Gymnastiar, melihat Indonesia dibawah Jokowi setelah enam bulan, semakin amboradul. Rakyat semakin mlarat dan tercekik dengan berbagai kenaikan harga.
Pemimpin pesantren Daarut Tauhhid itu menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi bernegara saat ini. Pria yang akrab disapa Aa Gym ini menilai, kondisi politik dan penegakan hukum di Indonesia tidak stabil dan kacau dalam enam bulan pertama pemerintahan Jokowi dan JK, ujarnya Minggu, 17/5/2015
"Banyak partai politik yang pecah. Padahal partai merupakan fondasi untuk membangun negeri. Masyarakat juga pasti merasakan KPK semakin lemah," kata Aa Gym kepada wartawan di Bandung, kemarin.
Menurut AA Gym masalah pokok dan menjadi pangkalnya yaitu dua persoalan tadi adalah kepemimpinan yang lemah dan tidak mandiri. Tanpa menuding satu pihak, dia menyebut ada kekuasaan besar yang mengendalikan presiden.
"Sekarang memang terasa seperti itu. Tidak ada gebrakan apapun. Ada penguasa lain yang bermain di belakang presiden. Itu yang membuat presiden kita lemah," ujarnya.
Perselisihan antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri jadi sorotan pengasuh Pesantren Daarut Tauhiid ini. Aa Gym melihat adanya fenomena bawahan yang tidak patuh terhadap atasan. Menurutnya hal tersebut tidak akan terjadi jika presiden memiliki kepemimpinan yang kuat.
"Kalau presidennya kuat dan memimpin dengan baik, bawahanmya pasti akan mengikuti dengan baik. Sebaliknya, kalau pengikutnya membangkang, kemungkinan pemimpinnya yang tidak baik. Itu rumus dasarnya," kata Aa Gym.
Jadi apa yang bisa diharapkan dari Jokowi? Jokowi oleh Mega disebut sebagai PETUGAS PARTAI, tak akan mampu menentang perintah titah Mega, dan inilah yang menjadi pangkal yang sebenarnya. Jokowi hanyalah bertindak atas perintah Mega dan PDIP. Tidak memiliki kemandirian.
Tentu, kelompok yang paling untung dan menikmati segalanya, termasuk asset dan kekayaan Indonesia di zaman Jokowi, tak lain: CINA! Mengapa Cina dibiarkan menguasai dan menjarah negeri ini?
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb (Hazimah Nurul Wafiq)