Suatu hari, saya mendapat kiriman surel curahan hati dari seorang sahabat maya, bunyinya kira-kira begini:
Seiring waktu dan kebersamaan kami, saya merasa kalau hubungan saya dan suami kian hambar. Ketika kami harus tinggal di kota yang berbeda karena pekerjaan suami, dia hampir tak pernah menelpon dan bertanya kabar saya dan anak-anak. Saat tinggal seatap pun seperti sekarang, dia nyaris tak peduli. Dia baru bersikap baik saat akan meminta haknya sebagai suami. Selebihnya, saya seperti bukan siapa-siapa baginya.
Curahan hati sahabat saya ini sempat membuat saya tertegun. Lalu sempat pula melintas beragam dugaan kenapa sampai terjadi demikian. Tetapi, tentu saja dugaan saya hanyalah sebatas perkiraan. Yang lebih mengetahui kondisi sebenarnya, tentulah hanya Allah dan mereka yang menjalaninya.
Kondisi seperti ini bukanlah hal mustahil yang dapat menimpa rumah tangga siapa pun, baik rumah tangga yang baru terbangun ataupun yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Barangkali, hipotesis sementara yang dapat kita ambil, bahwa hal itu bisa terjadi karena rumah tangga telah kehilangan salah satu pilar pentingnya : cinta.
Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka rumah tangga adalah “bangunan” yang ditegakkan oleh banyak pilar, termasuklah didalamnya pilar cinta, komitmen dan tanggung jawab. Pada sebagian rumah tangga, mungkin saja pilar komitmennya tetap berdiri tegak. Sang suami tetap mencukupi kebutuhan nafkah keluarga. Sang istri juga tetap setia menjalankan tugas-tugas rumah tangga termasuk melayani suami.Tetapi semuanya berlangsung hanya dalam kerangka rutinitas belaka. Tidak ada kehangatan cinta yang mengiringinya. Semuanya berlangsung dalam kehampaan dan situasi yang dingin.
Jika memutar kembali alasan keduanya saat menikah, ini mungkin bisa disebabkan oleh dua hal:
1. Keduanya menikah tanpa dilandasi cinta, dan dalam perjalanan rumah tangga, keduanya hanya “sekadar” menjalaninya sebagai sebuah ikatan, pemenuhan kodrat tanpa berusaha untuk lebih memahami dan belajar mencintai pasangannya, atau
2. Keduanya pernah merasakan cinta, namun lama kelamaan keduanya mulai merasa bosan serta tak ada usaha intens untuk mengatasi kebosanan tersebut. Walhasil, rumah tangga yang dijalani pun terasa kering dan hampa.
Jika melihat faktor eksternal, maka ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab, entah itu kehadiran orang ketiga, salah satu dari keduanya mengalami tekanan, akumulasi rasa kecewa yang tak pernah terungkapkan, dan sebagainya.
Sahabat Ummi, jika hal ini menimpa anda, sebelum anda menduga-duga akan adanya kehadiran orang ketiga sebagai penyebabnya, ada baiknya anda bertanya terlebih dulu pada diri sendiri: Benarkah dia tak mencintai anda lagi? Ataukah ini hanya wujud kejenuhan belaka?
Sambil mencari kepastian jawaban, saya mengajak sobat Ummi untuk melihat dan mencoba mengupayakan hal-hal yang dapat membangkitkan lagi gairah cinta pasangan seperti berikut ini :
1. Daya tarik fisik
Jangan pernah mengabaikan penampilan fisik meski usia tak lagi muda. Fakta menunjukkan bahwa pasangan kita (baca : suami) adalah makhluk visual yang sangat mudah tertarik dan “terpuaskan” dengan keindahan penampilan. Jadi, daripada dia tertarik pada keindahan yang berseliweran di luar sana, mengapa tidak kita tingkatkan keindahan diri agar suami betah di rumah dan membuatnya semakin terpesona?
2.Efek kesamaan
Suami akan merasa senang jika kita mampu memahami dan bisa beradaptasi dengan hal-hal yang disukainya. Sebagai contoh, saya memiliki teman yang begitu setia menemani kegandrungan baru suaminya pada koleksi batu akik. Dia selalu membantu mencari info-info terkait sang batu dan menemani sang suami mengobrol tentang batu atau menghadiri pameran batu akik. Tentu saja sepanjang kegemaran suami bukan pada hal-hal yang bertentangan dengan agama dan menyimpang dari kewajaran.
3.Efek timbal balik
Kita dan suami ibarat cermin. Jadi, jika kita menginginkan suami bersikap hangat dan perhatian, tak ada salahnya kitalah yang terlebih dulu memulainya dengan memberikan perhatian yang tulus, kasih sayang, juga bersikap lemah lembut dan ramah di depan suami. Insya Allah, suami pun akan bersikap serupa jika kita pun serius mengupayakannya.
4.Romantisme
Bersikap romantis pada pasangan? Kenapa tidak! Karena pada hakikatnya setiap orang memiliki sisi romantisme dan mengharapkan pasangannya mampu dan mau menunjukkan sisi romantisme tersebut. Hanya kadar dan jenisnya saja yang berbeda-beda. Andalah yang paling mengerti harapan romantisme pasangan anda dan berusahalah memenuhinya, entah itu berupa memasakkan makanan yang lezat, menyambut kepulangannya dengan senyum terbaik, ataupun menemaninya menikmati film di hari libur.
Terakhir, belajarlah untuk kembali mencintai pasangan anda dan menyalakan api cinta seperti saat pertama anda mencintainya. Percayalah, selama anda dan pasangan anda adalah manusia “normal” yang membutuhkan cinta, maka menegakkan pilar cinta di dalam rumah tangga bukanlah sebuah hal yang mustahil dan sia-sia.
Semoga, cinta anda dan suami adalah cinta yang dirahmati Allah dan terpelihara dari berbagai cobaan duniawi.
Referensi :Sayap-sayap Sakinah. Buku non fiksi sayabersama Afifah Afra (Indiva Media Kreasi : 2013).
Profil Penulis:
Riawani Elyta. Ibu dari 3 anak. Lahir dan berdomisili di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.Telah menghasilkan belasan novel, buku duet non fiksi dan antologi.
Penghargaan lomba menulis yang pernah diraih antara lain: Pemenang 2 Sayembara Cerber Femina, Pemenang Hiburan Feature Ufuk Dalam Majalah Ummi, Pemenang 2 Sayembara Novel Inspiratif Indiva, Pemenang I Lomba Novel Remaja Bentang Belia (duet bersama Shabrina WS), Pemenang Berbakat Lomba Novel Amore, dan lain-lain. Kini aktif di Komunitas Ummi Menulis.
Sapa ia di :
FB : RiawaniElyta
twitter : @RiawaniElyta
blog : www.riawanielyta. com.
Seiring waktu dan kebersamaan kami, saya merasa kalau hubungan saya dan suami kian hambar. Ketika kami harus tinggal di kota yang berbeda karena pekerjaan suami, dia hampir tak pernah menelpon dan bertanya kabar saya dan anak-anak. Saat tinggal seatap pun seperti sekarang, dia nyaris tak peduli. Dia baru bersikap baik saat akan meminta haknya sebagai suami. Selebihnya, saya seperti bukan siapa-siapa baginya.
Curahan hati sahabat saya ini sempat membuat saya tertegun. Lalu sempat pula melintas beragam dugaan kenapa sampai terjadi demikian. Tetapi, tentu saja dugaan saya hanyalah sebatas perkiraan. Yang lebih mengetahui kondisi sebenarnya, tentulah hanya Allah dan mereka yang menjalaninya.
Kondisi seperti ini bukanlah hal mustahil yang dapat menimpa rumah tangga siapa pun, baik rumah tangga yang baru terbangun ataupun yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Barangkali, hipotesis sementara yang dapat kita ambil, bahwa hal itu bisa terjadi karena rumah tangga telah kehilangan salah satu pilar pentingnya : cinta.
Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka rumah tangga adalah “bangunan” yang ditegakkan oleh banyak pilar, termasuklah didalamnya pilar cinta, komitmen dan tanggung jawab. Pada sebagian rumah tangga, mungkin saja pilar komitmennya tetap berdiri tegak. Sang suami tetap mencukupi kebutuhan nafkah keluarga. Sang istri juga tetap setia menjalankan tugas-tugas rumah tangga termasuk melayani suami.Tetapi semuanya berlangsung hanya dalam kerangka rutinitas belaka. Tidak ada kehangatan cinta yang mengiringinya. Semuanya berlangsung dalam kehampaan dan situasi yang dingin.
Jika memutar kembali alasan keduanya saat menikah, ini mungkin bisa disebabkan oleh dua hal:
1. Keduanya menikah tanpa dilandasi cinta, dan dalam perjalanan rumah tangga, keduanya hanya “sekadar” menjalaninya sebagai sebuah ikatan, pemenuhan kodrat tanpa berusaha untuk lebih memahami dan belajar mencintai pasangannya, atau
2. Keduanya pernah merasakan cinta, namun lama kelamaan keduanya mulai merasa bosan serta tak ada usaha intens untuk mengatasi kebosanan tersebut. Walhasil, rumah tangga yang dijalani pun terasa kering dan hampa.
Jika melihat faktor eksternal, maka ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab, entah itu kehadiran orang ketiga, salah satu dari keduanya mengalami tekanan, akumulasi rasa kecewa yang tak pernah terungkapkan, dan sebagainya.
Sahabat Ummi, jika hal ini menimpa anda, sebelum anda menduga-duga akan adanya kehadiran orang ketiga sebagai penyebabnya, ada baiknya anda bertanya terlebih dulu pada diri sendiri: Benarkah dia tak mencintai anda lagi? Ataukah ini hanya wujud kejenuhan belaka?
Sambil mencari kepastian jawaban, saya mengajak sobat Ummi untuk melihat dan mencoba mengupayakan hal-hal yang dapat membangkitkan lagi gairah cinta pasangan seperti berikut ini :
1. Daya tarik fisik
Jangan pernah mengabaikan penampilan fisik meski usia tak lagi muda. Fakta menunjukkan bahwa pasangan kita (baca : suami) adalah makhluk visual yang sangat mudah tertarik dan “terpuaskan” dengan keindahan penampilan. Jadi, daripada dia tertarik pada keindahan yang berseliweran di luar sana, mengapa tidak kita tingkatkan keindahan diri agar suami betah di rumah dan membuatnya semakin terpesona?
2.Efek kesamaan
Suami akan merasa senang jika kita mampu memahami dan bisa beradaptasi dengan hal-hal yang disukainya. Sebagai contoh, saya memiliki teman yang begitu setia menemani kegandrungan baru suaminya pada koleksi batu akik. Dia selalu membantu mencari info-info terkait sang batu dan menemani sang suami mengobrol tentang batu atau menghadiri pameran batu akik. Tentu saja sepanjang kegemaran suami bukan pada hal-hal yang bertentangan dengan agama dan menyimpang dari kewajaran.
3.Efek timbal balik
Kita dan suami ibarat cermin. Jadi, jika kita menginginkan suami bersikap hangat dan perhatian, tak ada salahnya kitalah yang terlebih dulu memulainya dengan memberikan perhatian yang tulus, kasih sayang, juga bersikap lemah lembut dan ramah di depan suami. Insya Allah, suami pun akan bersikap serupa jika kita pun serius mengupayakannya.
4.Romantisme
Bersikap romantis pada pasangan? Kenapa tidak! Karena pada hakikatnya setiap orang memiliki sisi romantisme dan mengharapkan pasangannya mampu dan mau menunjukkan sisi romantisme tersebut. Hanya kadar dan jenisnya saja yang berbeda-beda. Andalah yang paling mengerti harapan romantisme pasangan anda dan berusahalah memenuhinya, entah itu berupa memasakkan makanan yang lezat, menyambut kepulangannya dengan senyum terbaik, ataupun menemaninya menikmati film di hari libur.
Terakhir, belajarlah untuk kembali mencintai pasangan anda dan menyalakan api cinta seperti saat pertama anda mencintainya. Percayalah, selama anda dan pasangan anda adalah manusia “normal” yang membutuhkan cinta, maka menegakkan pilar cinta di dalam rumah tangga bukanlah sebuah hal yang mustahil dan sia-sia.
Semoga, cinta anda dan suami adalah cinta yang dirahmati Allah dan terpelihara dari berbagai cobaan duniawi.
Referensi :Sayap-sayap Sakinah. Buku non fiksi sayabersama Afifah Afra (Indiva Media Kreasi : 2013).
Profil Penulis:
Riawani Elyta. Ibu dari 3 anak. Lahir dan berdomisili di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.Telah menghasilkan belasan novel, buku duet non fiksi dan antologi.
Penghargaan lomba menulis yang pernah diraih antara lain: Pemenang 2 Sayembara Cerber Femina, Pemenang Hiburan Feature Ufuk Dalam Majalah Ummi, Pemenang 2 Sayembara Novel Inspiratif Indiva, Pemenang I Lomba Novel Remaja Bentang Belia (duet bersama Shabrina WS), Pemenang Berbakat Lomba Novel Amore, dan lain-lain. Kini aktif di Komunitas Ummi Menulis.
Sapa ia di :
FB : RiawaniElyta
twitter : @RiawaniElyta
blog : www.riawanielyta. com.
Silakan Copy Artikel yang ada di sini, tapi cantumkan sumbernya http://akhwatmuslimahindonesia.blogspot.com/