Pagi ini ada seorang kakek-kakek yang kelihatan lapar dan lemas menghampiri seorang pemuda untuk meminta sedekah, kemudian pemuda itu memberikan uang beberapa rupiah kepada kakek tersebut agar dipergunakan untuk membeli makanan. Setelah kakek itu pergi, lalu pemuda tadi mengeluarkan smartphone yang ia miliki untuk membuat beberapa status di sosial media seperti Facebook dan Twitter seperti ini:
“Duh pagi-pagi udah ada aja orang minta sedekah, yaudah gue kasih aja gocap. Itung-itung amal.” – Update status di Facebook.
“Tadi pagi ada kakek-kakek datengin gue, dia kelihatan laper dan lemes. Gue gak tega ngelihat dia, untung di kantong ada 20rb, lumayanlah buat ngasih makan tuh kakek.” – Ngetweet di Twitter.
Sadar tidak sadar, mau tidak mau, semua status-status ‘riya’ itulah yang dapat membuat amal kebaikan kita hilang seketika. Contoh status riya lainnya:
“Selesai tahajud, badan seger kembali”
“Juz 3 udah tamat, OTW juz 4”
“Puasa hari ke 8, masih kuat aja”
“Lagi umrah nih, ada yang mau nitip doa? Tulis di komentar ya?”
“Cowok ganteng pastinya sholat Jum’at kayak gue”
Dan masih banyak lagi contoh status riya seperti yang dijelaskan barusan. Ini merupakan problematika anak jaman sekarang biar kelihatan baik dan keren.
Amal kebaikan dan amal keburukan tidak bisa kita tutup-tutupi dari Allah SWT, karena Allah maha tau dan maha melihat segalanya.
Tapikan Gue Buat Status Kayak Gitu Biar Orang-Orang Pada Termotivasi Dan Ikut Berbuat Kebaikan Juga!
Kalo tujuannya buat memotivasi orang sih boleh-boleh aja, tapi.. seharusnya kamu jangan memakai nama kamu sediri dan kamu jangan menunjukan kebaikan-mu itu. Contoh:
“Gue tadi siang abis nolongin ibu-ibu yang kecopetan di pasar. Dan sore-nya gue dapat rejeki, Gue dikasih pekerjaan oleh ibu-ibu yang kecopetan tadi. Padahal sebelumnya Gue nganggur hehe. Terima kasih Ya Allah”.
Jika ingin mengajak orang lain berbuat kebaikan, sebaiknya jangan tunjukan bahwa kamu yang melakukan kebaikan itu. Akan lebih baik jika kamu yang melakukan kebaikan itu disamarkan atau ditutup-tutupi saja. Contoh:
“Tadi siang ada seorang pemuda nolongin ibu-ibu yang kecopetan di pasar. Dan sore-nya dia sangat terkejut karena ibu-ibu yang ia tolong tadi adalah seorang pengusaha terkenal di kota tempat ia tinggali. Lebih keren-nya lagi sang pemuda itu ditawarkan pekerjaan yang wow buat bekerja di perusahaan milik ibu yang kecopetan tadi. Padahal sebelumnya pemuda itu masih nganggur loh hehehe”.
Nah, kalo buat status seperti itu kan lebih enak kelihatannya.
Az-Zubair bin al-‘Awwaam radhiallau ‘anhu berkata:
“Barang siapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyikan maka lakukanlah.”
Untuk riya atau tidak bukan kita yang nentukan, hanya Allah yang dapat menentukan itu. Tapi akan lebih baik jika kita tidak terlalu memamernya amal kebaikan kita ke orang-orang banyak, apalagi sampai update status segala.
Oleh: Wiina
“Duh pagi-pagi udah ada aja orang minta sedekah, yaudah gue kasih aja gocap. Itung-itung amal.” – Update status di Facebook.
“Tadi pagi ada kakek-kakek datengin gue, dia kelihatan laper dan lemes. Gue gak tega ngelihat dia, untung di kantong ada 20rb, lumayanlah buat ngasih makan tuh kakek.” – Ngetweet di Twitter.
Sadar tidak sadar, mau tidak mau, semua status-status ‘riya’ itulah yang dapat membuat amal kebaikan kita hilang seketika. Contoh status riya lainnya:
“Selesai tahajud, badan seger kembali”
“Juz 3 udah tamat, OTW juz 4”
“Puasa hari ke 8, masih kuat aja”
“Lagi umrah nih, ada yang mau nitip doa? Tulis di komentar ya?”
“Cowok ganteng pastinya sholat Jum’at kayak gue”
Dan masih banyak lagi contoh status riya seperti yang dijelaskan barusan. Ini merupakan problematika anak jaman sekarang biar kelihatan baik dan keren.
Amal kebaikan dan amal keburukan tidak bisa kita tutup-tutupi dari Allah SWT, karena Allah maha tau dan maha melihat segalanya.
Tapikan Gue Buat Status Kayak Gitu Biar Orang-Orang Pada Termotivasi Dan Ikut Berbuat Kebaikan Juga!
Kalo tujuannya buat memotivasi orang sih boleh-boleh aja, tapi.. seharusnya kamu jangan memakai nama kamu sediri dan kamu jangan menunjukan kebaikan-mu itu. Contoh:
“Gue tadi siang abis nolongin ibu-ibu yang kecopetan di pasar. Dan sore-nya gue dapat rejeki, Gue dikasih pekerjaan oleh ibu-ibu yang kecopetan tadi. Padahal sebelumnya Gue nganggur hehe. Terima kasih Ya Allah”.
Jika ingin mengajak orang lain berbuat kebaikan, sebaiknya jangan tunjukan bahwa kamu yang melakukan kebaikan itu. Akan lebih baik jika kamu yang melakukan kebaikan itu disamarkan atau ditutup-tutupi saja. Contoh:
“Tadi siang ada seorang pemuda nolongin ibu-ibu yang kecopetan di pasar. Dan sore-nya dia sangat terkejut karena ibu-ibu yang ia tolong tadi adalah seorang pengusaha terkenal di kota tempat ia tinggali. Lebih keren-nya lagi sang pemuda itu ditawarkan pekerjaan yang wow buat bekerja di perusahaan milik ibu yang kecopetan tadi. Padahal sebelumnya pemuda itu masih nganggur loh hehehe”.
Nah, kalo buat status seperti itu kan lebih enak kelihatannya.
Az-Zubair bin al-‘Awwaam radhiallau ‘anhu berkata:
“Barang siapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyikan maka lakukanlah.”
Untuk riya atau tidak bukan kita yang nentukan, hanya Allah yang dapat menentukan itu. Tapi akan lebih baik jika kita tidak terlalu memamernya amal kebaikan kita ke orang-orang banyak, apalagi sampai update status segala.
Oleh: Wiina